Ribuan Warga Sidamanik Tolak Konversi Kebun Teh ke Sawit, Serukan Aksi Bela Lingkungan
Simalungun - Lintas Publik, Ribuan warga dari Kecamatan Sidamanik, Dolok Pardamean, dan Panei turun ke jalan dalam aksi long march menolak rencana konversi kebun teh milik PTPN IV menjadi kebun kelapa sawit, Minggu (7/9/2025). Aksi damai ini dimulai dari Lapangan Sarimatondang dan diikuti berbagai aliansi masyarakat, pemuda, dan aktivis lingkungan.
BACA JUGA Wartawan Online Nico saragih Ditemukan Tewas di Kamar Kos, Kekasih Jadi Saksi Kunci?
![]() |
Ribuan Warga Sidamanik Tolak Konversi Kebun Teh ke Sawit, Serukan Aksi Bela Lingkungan/ist |
Sambil berjalan kaki menyusuri jalanan utama Sidamanik, massa menyuarakan penolakan atas kebijakan konversi yang dinilai mengancam lingkungan hidup, ketahanan air, serta merugikan kehidupan sosial ekonomi masyarakat setempat.
Pimpinan aksi, Sandy Penasdo Simbolon, menyebut aksi ini sebagai bentuk penyadaran publik atas pentingnya menjaga tanah dan ekosistem. "Kami bersatu karena sadar, jika tanah ini dirusak maka yang rugi adalah masyarakat sendiri. Ini baru awal. Jika suara kami diabaikan, akan ada aksi lebih besar," tegasnya.
Julius Sitanggang, koordinator lapangan, menambahkan bahwa pihaknya mencurigai proses konversi ini tidak sesuai prosedur. "Ada indikasi kuat bahwa proses ini dilakukan secara diam-diam. Tidak ada keterbukaan dari pihak PTPN IV," ungkapnya, dilansir dari Mistar.
Agus BM Butar-butar dari DPD JAMAN Sumut menilai kebijakan tersebut dapat mengganggu ketahanan pangan. "Alih fungsi lahan ini hanya menguntungkan industri, bukan rakyat. Negara harus hadir dan berpihak pada masyarakat," tegasnya.
Ketua Solidaritas Tungkat Nagori Seluruh Indonesia Berdaulat (SATUNASIB), Donal Haromunthe, menyoroti dampak ekologis yang ditimbulkan. "Perubahan ini akan mempercepat kerusakan alam, merusak sumber air dan meningkatkan risiko bencana. Ini bukan sekadar protes, tapi perjuangan antargenerasi," katanya.
Tokoh masyarakat Sidamanik, Manik Maraja Sarudi Silalahi, mengaku dampak lingkungan sudah mulai terasa. "Debit air berkurang, banjir lebih sering, bahkan lokasi wisata pemandian mulai kekurangan air. Rakyat yang menanggung dampaknya," ungkapnya.
Keluhan serupa disampaikan Hotmeri Damanik, warga Dolok Pardamean. Ia mengaku mengalami kesulitan air bersih sejak kebun teh di dekat tempat tinggalnya mulai diganti sawit. "Air makin sulit, padahal kami butuh untuk hidup. Ini bukan solusi, ini malapetaka," ujarnya.
Aksi long march ini menjadi simbol perlawanan rakyat Sidamanik dan sekitarnya terhadap eksploitasi lahan yang mengorbankan lingkungan dan kehidupan masyarakat. Mereka menegaskan akan terus bersatu memperjuangkan keberlanjutan alam dan kehidupan anak cucu mereka. (mtr/ts)
Tidak ada komentar