Header Ads



Hasil Razia, Dari Tipu-tipu Gas Elpiji 3Kg Kosong, Diatas HET Hingga Pendistribusian Dialihkan

LINTAS PUBLIK-SIANTAR, Pemko Pematangsiantar bersama anggota Polres Pematangsiantar melakukan razia mendadak ke berbagai agen, outlet, pangkalan gas elpiji 3 kg.

Razia ini dipimpin Kabag Perekonomian, Abdul Kodir Siregar menyikapi adanya dugaan kelangkaan gas 3 kg yang dikeluhkan masyarakat.

Hasil dari razia sangat mencengankan, pasalnya salah satu agen PT.Kairos Arta Pinindo yang beralamat di Jalan Bahkora II Kecamatan Siantar Marimbun malah mendistribusikan gas elpiji 3kg ke daerah Parluasan. Yang seharusnya harus mengutamakan masyarakat sekitar.


Menurut koordinator Agen PT.Kairos Arta Pinindo, Andreas, pihaknya menjual gas elpiji 3kg ke daerah Parluasan karena di Bah Kora II kurang pembeli. Dan ia mengakui telah dilakukan beberapa bulan terakhir.

Mendengar hal itu, Kodir Siregar pun geram. Dengan nada meninggi, Kodir mengharuskan agen tersebut mengutamakan masyarakat sekitar.

"Pantasan di daerah sini ada warga mengeluh gas elpiji 3kg jarang didapat,"geram Kodir.

Kemudian korlap PT.Kairos Arta Pinindo itu menekankan bahwa aktivitas dan admin berada di Parluasan termasuk pembukuan distribusi gas.

Pernyataan tersebut dibalas Kodir dan mengatakan tidak bisa. Hal ini karena alamat agen dan tercatat berada di Bah Kora II.

" Disini juga harus ada admin, memberikan gas elpiji kepada warga disini,"jawab Kodir.

Atas temuan ini, Kodir Siregar menuangkan dalam berita acara bahwasanya agen tersebut tidak menyalurkan gas elpiji 3kg beberapa bulan terakhir.

" Ini menjadi catatan kami. Lain kali tidak boleh.Titik,"tegasnya.

Tim pun beranjak ke Pangkalan Manatar Pandiangan, yang berada di Jalan Farel Pasaribu atas, pemilik pangkalan malah menjual elpiji diatas Harga Eceran Tertinggi (HET), dari Rp 16 ribu/tabung menjadi Rp17-18 ribu/tabung. Saat ditanyai Kabag Perekonomian alasan menaikkan harga, pemilik pangkalan mengaku bahwa biaya mereka bertambah karena menurunkan tabung gas elpiji yang diberikan kepada karyawan dari Agen. Jika hal itu tidak dibayar maka pangkalan tak dapat pelayanan pengiriman elpiji tepat waktu.

" Memang sukarela biaya bongkarnya, bisa Rp 10 ribu,15 ribu. Biar tepat waktu gas elpijinya," ucap dia.

Pemilik pangkalan itu pun mengaku bahwa jumlah pembeli elpiji ukuran 3 Kg terus bertambah. Sementara kuota yang didapatkan tidak pernah bertambah. Kepada tim, pemilik pangkalan memberikan keterangan berbelit-belit. Pertama, dia mengaku bahwa gas elpiji 3kg sudah habis. Dan itu membuat salah seorang pembeli harus pulang. Buktinya, pemilik pangkalan membuat pengumuman di secarik karton bertuliskan " Gas 3kg habis".

Namun saat ditanyai petugas, pemilik pangkalan akhirnya mengaku masih memiliki elpiji.

Hanya saja, ia beralasan sengaja berbohong kepada warga dengan alasan lebih mengutamakan daerahnya.

" 40 persen dari kouta dijual kepada warung, dan penjual yang memakai becak. Makanya saya harus berbohong, sisa tabung gas 3kg hanya untuk tetangga.

Namun tindakan itu diingatkan Kodir Siregar agar tidak dilakukan karena dapat menimbulkan masalah atau keresahan ditengah masyarakat. Kodir berpesan agar tidak menjual elpiji ukuran 3 Kg kepada warga berpenghasilan menengah ke atas.


Berbeda dengan itu, Pangkalan Hamonangan Parangin-angin di Lapangan Bola Bawah mengaku mendapat pengurangan kuota. Sebelumnya 400 tabung dalam satu minggu, terakhir menjadi 300. Namun saat ini kouta yang didapatkan telah normal. Menurut ibu berambut keriting tersebut, jika dalam dua hari sejak elpiji turun namun belum habis semua, maka diambil langkah menjual ke warung-warung.

Ia mengatakan tak jarang warga dengan menggunakan mobil pribadi datang membawa tabung kosong ukuran 3 Kg. Jumlahnya tak hanya satu, namun bisa sampai 3-4 tabung.

"Kadang kita menolak. Tapi susah juga untuk menolaknya" terangnya dengan mengakui bahwa ditempatnya elpiji di jual seharga Rp 16/tabung.

Tidak jauh dari pangakalan Hamonangan Parangin-angin. Pemilik warung, boru Rajagukguk, yang menyimpan tabung elpiji sekitar 50 an mengaku mendapatkan elpiji dari sejumlah orang yang mengantarkan langsung menggunakan becak. Harga dia dapatkan tergantung kondisi keberadaan elpiji. Jika langka, maka satu tabung bisa Rp 19-20 ribu.

Berdasarkan keterangan Boru Rajagukguk dan pemilik pangakalam Homonangan Parangin-angin, warga yang datang bisa dari luar daerah mereka. Diperkirakan, hal itu terjadi karena di daerah lain, seperti di Bah Kora II sulit mendapatkan elpiji.

Berkaitan dengan razia itu, Kabag Perekonomian Pematangsiantar, Kodir Siregar memberikan surat himbauan kepada pemilik pangkalan. Dimintakan agar mengutamakan warga berpenghasilan rendah sebagai peruntukan elpiji tersebut. Sementara soal peralihan daerah penjualan, akan disampaikan ke pihak pertamina agar dilakukan evaluasi.

"Diutamakanlah masyarakat berpendapatan rendah. Merek pangakalan kita mintakan untuk dibuat diluar. Untuk keseluruhan tidak ada pengurangan jatah di Pematangsiantar. Penyebab kelangkahan karena penyebarannya kurang pas," terangnya.

Sejauh ini, kuota elpiji ukuran 3 Kg di Kota Pematangsiantar mencapai 13 ribu. Semuanya disebarkan melalui 7 Agen dan 184 pangkalan.

"Kita mintakan agar jangan dijual ke orang yang tidak miskin. Kita mintakan pemilik pangkalan lebih mengenal warga sekitarnya. Jangan sampai salah sasaran," ucapnya.

Penulis : franki
Editor : tagor

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.