Header Ads



Bersama Dua Putrinya, Sumini Terpaksa Hidup di Bekas Kandang Kambin

LINTAS PUBLIK - MADIUN,  Sumini dan dua putrinya Eka Sumbi Mahendra (14) dan Macica Putri Diansyah (12) tak pernah menyerah dan putus asa meski sudah lima tahun mereka tinggal di bekas kandang kambing di RT 05 RW 01 Dusun Wates, Desa Kebonagung, Mejayan, Madiun.

Tinggal di bekas kandang kambing berukuran sekitar 2x8 meter, Sumini menyulapnya menjadi tempat tidur, makan, memasak. Semua aktivitas terkecuali mandi dan buang air besar dilakukan di dalam rumah yang tak bersekat itu.

Sumini, ibu rumah tangga miskin di Kabupaten Madiun yang hidup
di bekas kandang kambing bersama  dua putrinya, Senin ( 16/1/2017).
"Kalau anak-anak ingin buang air besar (bab), biasanya kami menumpang di rumah tetangga atau terkadang di sungai. Kami nggak punya wc. Kalau wc tetangga dipakai ya terpaksa di kebun," kata Sumini saat ditemui di kediamannya, Senin ( 16/1/2017).

Tak hanya hidup tak memiliki wc, Sumini dan dua putrinya yang masih duduk dibangku SD dan SMP itu tinggal dengan kondisi dinding rumah terbuat dari anyaman bambu yang sudah mulai lapuk.

Agar angin tidak masuk dari lubang dinding, Sumini memasang kain di sekelilingnya. Di bagian bawah dinding, ditutupi genteng dan batu bata agar air atau hewan tak masuk ke dalam rumah.

Bila malam hari tiba, Sumini hanya mengandalkan penerangan dengan senter yang dicas di tetangganya.

Ia tak sanggup untuk menyambung listrik PLN kalau hanya mengandalkan penghasilannya yang tidak menentu sebagai buruh tani. Tak adanya aliran listrik di rumah Sumini, praktis membuat rumah mungilnya itu tak ada barang elektronik meski hanya penanak nasi atau bolam penerang ruang rumahnya itu.

Untuk mandi dan mencuci, Sumini membuat tempat berbentuk bujur sangkar yang dikelilingi potongan karung diikat pada batang kayu yang ditancapkan ke tanah. Tidak atap pintu atau sekat untuk menutupinya.

Di dalam rumah daruratnya itu, pada bagian tengah, terdapat kasur kapas lusuh berukuran 1,5×2,5 meter, digelar di lantai tanpa dipan atau ranjang. Tak jauh dari kasurnya terpasang rak kayu dan pakaian yang digantung. Sementara di bagian paling belakang difungsikan sebagai dapur dan tempat menaruh peralatan masak dan makan.

Kendati serba kekurangan, Sumini yang lebih banyak hidup sendiri tanpa suami tak memiliki pilihan lain selain bermukim di bekas kandang kambing itu. Terkadang, saat hujan deras mengguyur, air menggenang lantai tanah rumahnya.

Menurut Sumini, tak jauh dari bekas kandang kambing yang ditempati, sebenarnya ada rumah mertuanya. Namun, ia mengaku tidak bisa tinggal di rumah mertuanya karena sering bertengkar dengan ibu mertua saat bermukim di rumah itu.

Pertengkaran itu dipicu karena mertuanya tidak menyetujui kalau ia menikah dengan suaminya.

Untuk mendapatkan tambahan penghasilan, Sumini menjual keripik tempe, peyek dan botok. Ia menjajakan dagangannya di sekitar desa dengan menggunakan sepedanya. Penghasilan yang dia dapat pun tidak menentu.

"Sehari dapat Rp 30.000 sudah bersyukur. Tetapi kalau pas sepi maka ia tidak mendapat untung apa-apa," kata Sumini.

Meski berjibaku lima tahun di gubuk deritanya, Sebulan sekali, ia mendapat lima hingga sepuluh kilogram beras raskin.

"Kalau bantuan selain beras belum ada. Baru tadi pagi, pak kapolsek datang ke sini memberi bantuan yang dibungkus pakai kardus. Tapi saya belum tahu isinya apa," kata Sumini.

Setiap harinya, Sumini harus rela sering hidup sendiri karena suaminya bernama Sarbini (38), bekerja sebagai sopir truk di pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya.

Setali tiga uang, penghasilan yang diperoleh suaminya juga tidak menentu. Seminggu hingga sebulan sekali, suaminya baru pulang ke rumah. "Kalau ada uang baru pulang suami saya," jelas Sumini.

Meski demikian, Sumini tak pernah mengeluh dengan kondisi kehidupannya saat ini. Dua putrinya selalu menjadi penyemangat hidupnya meski harus berjibaku dengan himpitan ekonomi setiap harinya.

"Dua putri saya cukup berprestasi di kelasnya. Kemarin Eka memperoleh ranking satu sedangkan Macica, adiknya meraih ranking tiga," katanya bangga.

Macica yang duduk di bangku kelas V SD, memilih diam saat ditanya. Gadis yang bercita-cita sebagai atlet renang ini mengaku malu saat akan diwawancara.

Tak hanya himpitan ekonomi, Sumini juga harus menghadapi cobaan putrinya terkecil Macica menderita asma sejak kecil. Ia pun sebenarnya tak tega melihat anaknya yang harus tidur di kasur yang lembab. Apalagi saat memasak, asap dari kayu yang dibakarnya memenuhi ruang rumah mungilnya.

Rumiyati (32) tetangganya mengatakan, Sumini membeli bekas kandang kambing miliknya sekitar lima tahun yang lalu.

Dia menjual bekas kandang kambing itu seharga Rp 1 juta kepada Sumani. Namun baru dibayar setengahnya atau lima ratus ribu rupiah.

Kendati demikian, Rumiyati ikhlas, Sumini dan putrinya tinggal di bekas kandang kambing yang bersebelahan di samping rumahnya.

Kehidupan keluarga menjadi perbincangan di dunia maya setelah pemilik akun Arif Witanto mengunggah di Facebooknya, Sabtu ( 14 / 1 / 2017).

Arif memberikan judul kehidupan sebuah keluarga miskin di Madiun. Postingan kisah dan foto yang diunggah Arif tentang kehidupan keluarga Sumini akhirnya menjadi viral.


Editor    : tagor
Sumber  : kompas

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.