Header Ads



Tujuh Anak di Lampung Selatan Tewas karena DBD

LINTAS PUBLIK-Lampung,  Tujuh anak warga Lampung Selatan meninggal dunia dalam sepekan terakhir akibat terserang penyakit demam berdarah dengue atau DBD. Seluruh korban berada di Kecamatan Ketapang. "Jika melihat jumlah korban, kami menetapkan daerah tersebut sebagai kejadian luar biasa kasus demam berdarah," kata Bupati Lampung Selatan Rycko Menoza, kemarin.

Korban yang meninggal adalah Cut Khairani Asri, 9 tahun, Lulut Swastika (12), Khusnul Sakinah (7), Destri Yuniar (4), Wulan Amelia (4), Muhammad Sudrajat (9), dan Rizki (3,5).

Umumnya, kata Rycko, para korban tersebut terlambat dilarikan ke rumah sakit dan telat mendapatkan perawatan. "Saya sudah perintahkan Dinas Kesehatan untuk memantau kasus DBD di daerah itu secara khusus karena dibanding tahun lalu meningkat enam kali lipat," katanya.


Rycko mengakui Dinas Kesehatan terlambat mengantisipasi berkembangnya nyamuk di daerah itu dengan melakukan pengasapan dan pembagian serbuk abate.


Selain korban tewas, puluhan warga saat ini masih dirawat di Rumah Sakit Umum Kalianda, Lampung Selatan. Di rumah sakit ini sedikitnya terdapat 47 warga terdiri atas anak-anak dan orang dewasa. "Itu belum termasuk mereka yang dirawat di pusat kesehatan masyarakat dan rumah sakit di luar Kalianda," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Kesehatan Kecamatan Ketapang, Herwin.


Herwin mengatakan pengasapan baru dilakukan di Desa Sri Pendowo, Kecamatan Ketapang, yang terparah terkena wabah DBD. Pengasapan digelar secara bertahap karena keterbatasan peralatan dan petugas. "Kami berharap Dinas Kesehatan Provinsi Lampung membantu."


Seorang warga dari Sri Pendowo, Sri Handayani, 43 tahun, yang tiga anaknya sakit dan satu di antaranya akhirnya meninggal dunia, menilai pemerintah lamban menangani wabah itu.


Meski sudah belasan orang dirawat dan tiga di antaranya meninggal, Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan tidak juga memberantas nyamuk demam berdarah. "Belum lagi pelayanan di rumah sakit yang sangat lamban. Tim medis tidak cepat bertindak saat pasien DBD datang," Sri Handayani menambahkan. Sumb.Temp/T

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.