Header Ads



Armen Desky Minta Generasi Muda tidak Lupakan Sejarah

LINTAS PUBLIK - KUTACANE,  Mantan Bupati Aceh Tenggara periode 1999-2004, Drs H Armen Desky meminta generasi muda untuk tidak melupakan sejarah, seperti lahirnya Kejerun Nangka, Bambel dan Bintang yang dinilainya sebagai tonggak dimulainya membangun desa pada masa lalu.

Permintaan itu disampaikan Armen Desky saat memberikan sambutan pada acara peluncuran buku sejarah ‘Berdirinya Kampung Nangka’ (Bonapasogit), Kamis (4/1/2018). Armen Desky menyatakan berdirinya kejerun Bambel di Kampung Nangka, Kecamatan Lawe Bulan dilakukan melalui jalan panjang.


Buku setebal 188 halaman itu bagian dari perjalanan Williem Situmorang atas penyebaran penduduk Tapanuli ke Tanah Alas. Buku ini ditulis oleh Dr (Can) Palmer Situmorang SH MH, Drs Saut Situmorang, Drs Laham Situmorang, Bigner Situmorang SE, Deristen Situmorang SPd, dan Drs Marudut Situmorang MSi.

Armen Desky dalam paparannya menyatakan keanekaragaman suku dan etnis di Agara menjadi miniaturnya Indonesia dan harus dijaga dengan baik.

“Jangan pernah kita merasa bangga ketika berhasil di perantauan, kalau tidak peduli dengan negeri Bumi Sepakat Segenap ini,” katanya. Dia berharap, hubungan antar umat beragama harus tetap harmonis.

Anggota DPR RI, M Salim Fakhri SE MM yang juga hadir memberi apresiasi dengan diluncurkannya buku sejarah berdirinya Kampung Nangka. “Ini sejarah yang hampir terlupakan dan dengan adanya buku ini, maka akan mengingatkan kembali masyarakat Tanoh Alas bahwa perjalanan umat non-Muslim dan Muslim membangun desa tidaklah mudah,” katanya.

“Mari kita bersatu tanpa membeda-bedakan dengan tetap membantu Bupati/Wabup Agara Raidin-Bukhari membangun dan mensejahterakan rakyat Agara,” ujarnya.

Acara itu dihadiri, anggota DPRK Agara, Gabe Martua Tambunan, Supian Sekedang, Roy Darwan Tarigan dan Arnold Napitupulu.


Penulis buku, Palmer Situmorang, dalam sambutannya mengatakan buku ini ditulis untuk mengenang sejarah perjuangan keluarganya Williem Situmorang dan Ny Alina Situmorang Boru Hutabarat dalam membuka satu kampung pada tahun 1925 yang kini diberikan nama Kampung Nangka atau Kejerun Bambel.

Dalam perjuangannya di Tanah Alas membangun sektor pertanian dan peternakan, pasangan itu memiliki usaha tumbukan padi dengan kincir air yang dahulu disebut losung aek dan gilingan padi kincir air di Lawe Desky dan sejarah perjuangan ini dapat dilihat secara detail di buku yang sudah ditulis tersebut.

Dia berharap dengan keberadaan buku ini dapat mengingatkan semuanya terhadap sejarah berdirinya Kampung Nangka di Tanah Alas. Usai peluncuran buku, ditampilkan tarian Saman Gayo dan tor-tor batak sebagai wujud persatuan masyarakat berbagai etnis dan suku di Tanoh Alas.

sumber  : tribun 

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.