Bapak Jawa, ibu Thionghoa, Ini Kata Anak-anaknya, Muslim - Thionghoa di Siantar (Bag.1)
LINTAS PUBLIK - SIANTAR, Hidup berdampingan itu indah, walau berbeda suku dan agamanya, dan karena berbeda itulah kehidupan itulah Siantar dikatakan sebagai kota ter-toleran di Indonesia.
Siantar sebagai kota Kota Toleran itu ternyata bukan isapan jempol belaka, di keluarga Hwang Su Ik yang akrab di sapa Su Ik ini ternyata benar-benar nyata kita lihat.
Hwang Su Ik ketika disambangi dikediamannya diperumahan Gryatama kelurahan Tambun Nabolon, kecamatan Martoba kota Pematangsiantar, Selasa (22/5/2018) mengatakan, dari 7 bersaudara keturunan dari orang tuanya, 3 beragama Budha, 3 Muslim dan 1 Kristen.
"Dari dulu kita tetap hidup berdampingan, akrab sesama abang dan kakak. Walaupun kami saat ini berbeda agama, dan menikah dengan suku yang berbeda-beda, tapi satu sama lain kami tetap kompak, tetap bertegur sapa,"kata Hwang Su Ik.
BACA JUGA Di Siantar, Ibu Muslim Ini Ucapkan Selamat Natal di Patung Yesus
Su Ik yang didampingi suaminya Hardias Aminullah dan 3 (tiga) orang anak Kevin Khowandra, Kenny, Ryan Putra Hartama, lebih jauh mengungkapkan, untuk pergaulan anak-anaknya, keluarga ini juga tidak membatasi kepada siapa anaknya bergaul.
"Anak-anak juga kami ajarkan torelansi, bergaul kepada siapa saja, makanya teman mereka banyak, ada yang kristen, ada yang muslim ada juga yang Budha. Sepintas kalau dilihat wajah banyak yang berpikir anak-anak kami ini Thionghoa dan "pasti" Budha, tapi kenyataannya dia Muslin,"ungkap Su Ik sambil senyum melihat-anak-anaknya yang kini tumbuh dewasa.
"Enaknya, kalau aku diundang "esek-esek" sama orang batak, tradisi batak ini benar-benar hidup, jadi kawan-kawan batak yang kumpul jadi akrab khususnya kaum ibu, dan saya bisalah tegur sapa-sama orang batak, Horas bah...., Boha kabar mu?,"ujar Su Ik yang puluhan tahun lalu bekerja di Yayasan Perguruan Kristen Methodist, sehingga banyak temannya orang batak.
Hardias Aminullah yang bersukukan Jawa ini menambahkan, sejak menikah dengan Su IK dirinya tidak pernah sedikitpun menutup diri untuk keluarga dari istrinya, bahkan sejak menikah sampai saat ini, kekeluargaan mereka semakin akrab, ada sauadaranya yang menikah dengan batak, ada Jawa dan suku lainnya.
BACA JUGA Bersama Ribuan Umat Islam, Hefriansyah Sholat Idul Fitri Pakai Baju Melayu
"Saya orang jawa, mamak saya batak boru Nasution. Jadi semakin lama, kami tidak ada merasakan perbedaan dikeluarga kami, setiap Natal kami ramai-ramai merayakan Natal dengan abang yang Kristen, kalau Imlek ramai-ramai Rayakan Imlek dengan abang yang Budha, demikian juga menyambut Hari Raya, kami tetap menjaga Silaturahmi kekeluarga saling mengunjungi, dan kumpul bersama. Jangan Harap kami ada dirumah kalau Hari Raya kedua, semuanya pasti ditempat abang tertua,"jelas Hardias bangga keluarganya benar-benar kompak tak pernah berselih soal perbedaan agama dan suku mereka.
Kenny dan Ryan Putra Hartama ketika dimintai komentarnya menjadi anak "keturunan" Muslim Jawa- Thionhoa mengatakan, bangga memiliki orang tua yang berbeda suku dan bahasa, menurut mereka sampai saat ini tidak pernah sedikitpun membedah-bedakan teman - temannya.
"Kalau aku ngak pernah membedakan teman, dan tidak pernah mempermasalahkan teman berbagul dari agama atau suku apa yang aku kawani, semua aku angap sama, karena merekapun (kawan-kawan) tidak pernah mempermasalahkannya,"kata Kenny.
Ryan adik Kenny pun demikian, siswa SMA disalah satu perguruan swasta di Siantar ini mengatakan, bahwa dirinya tidak pernah membeda-bedakan kawannya yang kristen, Muslim dan Budha.
"Disekolah banyak sukunya yang lain, agamanya lain. Jadi banyak kawan-kawanku, dan banyak mereka yang tak tahu kalau akau orang Jawa. Kami saling menghargai satu sama lainnya, jadi saya senang banyak kawan ada batak, ada jawa dan Thionghoa,"kata Ryan senang dilahirkan dengan orang tua yang suku berbeda.
Ditempat yang sama Muhammad Aulia dan Ricci Purba tetangga dari keluarga Hwang Su Ik mengatakan, bahwa hidup berdampingan berbeda agama berbeda suku sangat enak, karena saling menghargai.
"Enaklah hidup bertangga yang berlainan suku dan agama, jadi kita banyak belajar tentang orang lain,"kata Aulia umat Muslim yang ibunya keturunan Thailand.
Hal yang sama dikatakan Ricci Purba asli putra Simalungun yang tinggal di perumahan dikelurahan Sumber Jaya senang hidup berdampingan dengan agama dan suku lainnya.
"Saya bangga jadi Anak Siantar, bisa berdampingan dengan agama dan suku lainnya. Diperumahan Sumber Jaya ini kami berbeda-beda. sukunya ada yang Jawa, Padang, Batak, Melayu dan ada juga Thionghoa, dan agamanya juga beragam. Jadi kami saling mengunjungi dan bertegur sapa,"jelas Ricci Purba suku Simalungun yang beristrikan Boru Butar-butar ini.
Informasi yang diterima lintaspublik.com, anak-anak Su Ik dan Hardias Aminullah semuanya disunat dan acara sunatan dengan acara adat Jawa, dan merayakan sunatan itu semua keluarga mereka datang baik yang Kristen dan Budha.
Dan bahkan Su Ik yang terdaftar dengan nama dikependudukan Sugeni tidak pernah lupa mengucapkan salam selamat Natal dan selamat Imlek untuk saudara kandunganya ketika merayakan hari kebesaran keagamaan saudara-saudaranya.
"Ini poto-poto kami saat merayakan Imlek, merayakan Natal, dan semua anak-anak tetap kami ajarkan agar menunaikan ibadah puasa ketika bulan Ramadhan,"kata Su Ik menyodorkan album-album poto dokumentasi keluarganya.
Penulis : tagor
Editor : tagor
Siantar sebagai kota Kota Toleran itu ternyata bukan isapan jempol belaka, di keluarga Hwang Su Ik yang akrab di sapa Su Ik ini ternyata benar-benar nyata kita lihat.
Hwang Su Ik ketika disambangi dikediamannya diperumahan Gryatama kelurahan Tambun Nabolon, kecamatan Martoba kota Pematangsiantar, Selasa (22/5/2018) mengatakan, dari 7 bersaudara keturunan dari orang tuanya, 3 beragama Budha, 3 Muslim dan 1 Kristen.
"Dari dulu kita tetap hidup berdampingan, akrab sesama abang dan kakak. Walaupun kami saat ini berbeda agama, dan menikah dengan suku yang berbeda-beda, tapi satu sama lain kami tetap kompak, tetap bertegur sapa,"kata Hwang Su Ik.
BACA JUGA Di Siantar, Ibu Muslim Ini Ucapkan Selamat Natal di Patung Yesus
Keluarga Su Ik dan Hardias Aminullah |
"Anak-anak juga kami ajarkan torelansi, bergaul kepada siapa saja, makanya teman mereka banyak, ada yang kristen, ada yang muslim ada juga yang Budha. Sepintas kalau dilihat wajah banyak yang berpikir anak-anak kami ini Thionghoa dan "pasti" Budha, tapi kenyataannya dia Muslin,"ungkap Su Ik sambil senyum melihat-anak-anaknya yang kini tumbuh dewasa.
"Enaknya, kalau aku diundang "esek-esek" sama orang batak, tradisi batak ini benar-benar hidup, jadi kawan-kawan batak yang kumpul jadi akrab khususnya kaum ibu, dan saya bisalah tegur sapa-sama orang batak, Horas bah...., Boha kabar mu?,"ujar Su Ik yang puluhan tahun lalu bekerja di Yayasan Perguruan Kristen Methodist, sehingga banyak temannya orang batak.
Hardias Aminullah yang bersukukan Jawa ini menambahkan, sejak menikah dengan Su IK dirinya tidak pernah sedikitpun menutup diri untuk keluarga dari istrinya, bahkan sejak menikah sampai saat ini, kekeluargaan mereka semakin akrab, ada sauadaranya yang menikah dengan batak, ada Jawa dan suku lainnya.
BACA JUGA Bersama Ribuan Umat Islam, Hefriansyah Sholat Idul Fitri Pakai Baju Melayu
Muhammad Aulia dan Ricci Purba |
Kenny dan Ryan Putra Hartama ketika dimintai komentarnya menjadi anak "keturunan" Muslim Jawa- Thionhoa mengatakan, bangga memiliki orang tua yang berbeda suku dan bahasa, menurut mereka sampai saat ini tidak pernah sedikitpun membedah-bedakan teman - temannya.
"Kalau aku ngak pernah membedakan teman, dan tidak pernah mempermasalahkan teman berbagul dari agama atau suku apa yang aku kawani, semua aku angap sama, karena merekapun (kawan-kawan) tidak pernah mempermasalahkannya,"kata Kenny.
Ryan adik Kenny pun demikian, siswa SMA disalah satu perguruan swasta di Siantar ini mengatakan, bahwa dirinya tidak pernah membeda-bedakan kawannya yang kristen, Muslim dan Budha.
"Disekolah banyak sukunya yang lain, agamanya lain. Jadi banyak kawan-kawanku, dan banyak mereka yang tak tahu kalau akau orang Jawa. Kami saling menghargai satu sama lainnya, jadi saya senang banyak kawan ada batak, ada jawa dan Thionghoa,"kata Ryan senang dilahirkan dengan orang tua yang suku berbeda.
Ditempat yang sama Muhammad Aulia dan Ricci Purba tetangga dari keluarga Hwang Su Ik mengatakan, bahwa hidup berdampingan berbeda agama berbeda suku sangat enak, karena saling menghargai.
"Enaklah hidup bertangga yang berlainan suku dan agama, jadi kita banyak belajar tentang orang lain,"kata Aulia umat Muslim yang ibunya keturunan Thailand.
Hal yang sama dikatakan Ricci Purba asli putra Simalungun yang tinggal di perumahan dikelurahan Sumber Jaya senang hidup berdampingan dengan agama dan suku lainnya.
"Saya bangga jadi Anak Siantar, bisa berdampingan dengan agama dan suku lainnya. Diperumahan Sumber Jaya ini kami berbeda-beda. sukunya ada yang Jawa, Padang, Batak, Melayu dan ada juga Thionghoa, dan agamanya juga beragam. Jadi kami saling mengunjungi dan bertegur sapa,"jelas Ricci Purba suku Simalungun yang beristrikan Boru Butar-butar ini.
Informasi yang diterima lintaspublik.com, anak-anak Su Ik dan Hardias Aminullah semuanya disunat dan acara sunatan dengan acara adat Jawa, dan merayakan sunatan itu semua keluarga mereka datang baik yang Kristen dan Budha.
Dan bahkan Su Ik yang terdaftar dengan nama dikependudukan Sugeni tidak pernah lupa mengucapkan salam selamat Natal dan selamat Imlek untuk saudara kandunganya ketika merayakan hari kebesaran keagamaan saudara-saudaranya.
"Ini poto-poto kami saat merayakan Imlek, merayakan Natal, dan semua anak-anak tetap kami ajarkan agar menunaikan ibadah puasa ketika bulan Ramadhan,"kata Su Ik menyodorkan album-album poto dokumentasi keluarganya.
Penulis : tagor
Editor : tagor
Tidak ada komentar