Header Ads



Penutupan Warung selama Ramadan Bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945

LINTAS PUBLIK - JAKARTA ,  Pengamat Kebijakan Publik dari Universitas Indonesia, Riant Nugroho menilai bahwa penerapan dari peraturan daerah (perda) yang digunakan pemerintah Kota Serang, Banten untuk menutup paksa warung makan yang berjualan selama bulan Ramadan sangat tidak tepat.

Menurut Riant, perda tersebut bertentangan dengan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 dan Pancasila.

"Dalam kasus penutupan warung secara paksa apakah ada payung hukumnya? Ada (perda), apakah salah? Ya salah. Dikaitkan dengan undang-undang di atasnya dengan peraturan yang lebih tinggi, maka dia ini melakukan kesalahan," kata Riant, saat dihubungi, Minggu (12/6/2016).

Eni, pedagang yang menangis saat dirazia Satpol PP di Serang
Riant menjelaskan, dalam Pancasila, terkandung nilai-nilai yang substansinya adalah menjamin kehidupan setiap warga Indonesia. Nilai-nilai itu kemudian dijabarkan dalam bentuk dasar hukum negara Indonesia, yakni, UUD 1945.

Kemudian, UUD 1945 ini menjadi landasan dalam pembentukan undang-undang di bawahnya, salah satunya adalah perda.

Berkenaan dengan kejadian di Serang, perda yang menjadi acuan untuk menutup rumah makan adalah perda mengenai ketertiban umum.

Sementara dalam praktiknya itu bersinggungan dengan nilai kemanusiaan yang tertuang dalam sila kedua Pancasila.

Maka dari itu, kata Riant, mekipun perda itu bersifat memaksa bagi warga daerah, namun dalam penerapannya jangan menghilangkan nilai-nilai kemanusiaan yang menjadi landasaan perda tersebut.
"Hukum yang dijadikan sebagai alat memaksa itu tidak boleh melanggar nilai kemanusiaan. Kebijakan publik, baik di dalam perumusan hingga pelaksanaan itu tidak boleh melanggar sila dari pancasila," tutur dia.

Sebelumnya diberitakan bahwa seorang ibu pemilik warung makan di Kota Serang, Banten, menangis ketika dagangannya disita aparat Satuan Polisi Pamongpraja PP Pemkot Serang, Jumat (19/6/2016).

Ibu tersebut dianggap melanggar aturan larangan warung buka siang hari di Bulan Suci Ramadhan.
Tampak ibu itu menangis sambil memohon kepada aparat agar dagangannya tidak diangkut. Namun tangisan ibu tersebut tak dihiraukan. Aparat tetap mengangkut barang dagangannya.

Dalam razia itu, petugas menertibkan puluhan warung makan yang buka siang hari. Semua dagangannya disita.

Sementara itu, beberapa pemilik warung beralasan buka siang hari karena tidak tahu ada imbauan larangan buka siang hari di bulan Ramadhan.

Sebagian lagi buka warung karena butuh uang untuk menghadapi Lebaran.


Editor   : tagor
Sumber  : kompas

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.