Sisi Positif dan Negatif Media Sosial
LINTAS PUBLIK - PONTIANAK, Media sosial, apakah menjadi lawan atau kawan bagi remaja? Mari kita renungkan bersama-sama jawabannya.
Di negara kita ini, ada sekelompok orang yang identik perilakunya dan sering kita jumpai, mereka ada di mana-mana dari Sabang sampai Merauke, dan jumlahnya terus merangkak naik setiap tahunnya. Kira-kira, siapakah gerangan kelompok ini? Iya, Kelompok ini dinamai "generasi menunduk".
Kita harus mengenal dengan baik "generasi menunduk" ini. Atau jangan jangan kita sendiri telah menjadi bagian di dalamnya?
Para remaja sebagai pengguna Internet yang mendominasi 80 persen dari 82 juta pengguna Internet di indonesia tanpa disadari telah menjadi pengikut generasi menunduk ini. Mereka sibuk sekali menunduk menatap smartphone.
Untuk apa? Jelas menghabiskan waktu berselancar di dunia maya. Media sosial, dengan segala daya tariknya mampu menjadi candu. Membuat lupa akan dunia sesungguhnya. Tanpa disadari deadline pekerjaan pun sering molor dari waktunya.
Remaja yang identik dengan belum matang emosinya, sering mengalami kekosongan di jiwa mereka lalu menjadi hiperaktif di media sosial, mengumbar segala kegiatan mereka dan berusaha mempertahankan citra sebaik mungkin.
Namun apa yang di-posting di media sosial tidak selalu sama dengan kehidupan sebenarnya. Tidak jarang kenyataannya mereka merasa kesepian dan tertutup dan hanya menjadikan media sosial untuk media pelampiasan sebagai konsekuensi agar diakui eksistensi dirinya.
Belum lagi efek negatif lainnya dari media sosial seperti rentan akan penipuan dari akun-akun palsu, terlalu banyak informasi yang masuk, dan susah disaring mana yang benar mana yang hoax, serta semakin mudahnya mengakses hal yang belum pantas dikonsumsi remaja, seperti pornografi.
Namun siapa bilang media sosial tak menguntungkan? Lihat saja film pendek yang sedang booming beberapa waktu lalu, Ada Apa Dengan Cinta (AADC). Di film itu dikisahkan Rangga menghubungi Cinta melalui media sosial setelah di-PHP-in Cinta selama bertahun tahun.
Lantas apa hikmah di balik kisah ini? Media sosial membantu kita mengaitkan tali silahturahmi yang sempat putus, menghimpun keluarga, kerabat, dan teman yang tersebar.
Selain itu, saat ini banyak juga remaja yang merintis usaha, media sosial tentu menjadi ladang promosi terampuh karena banyak penggunanya.
Apa lagi kegunaan medsos bagi remaja? Medsos bermanfaat sebagai media pembelajaran yang menarik dengan adanya grup atau pages sesuai minat. Misalnya grup diskusi matematika, grup belajar bahasa, atau grup komunitas fotografi. Bahkan kita bisa bertanya langsung dengan pakarnya.
Berdampak positif dan negatifnya media sosial itu sebenarnya kendali kita sepenuhnya, bagaimana kita mempergunakannya. Media sosial sebagai sebuah kemajuan teknologi harus dimanfaatkan dengan baik oleh setiap orang, khususnya remaja.
Jika remajanya saja tak mampu mengendalikan arus media sosial, bagaimana nantinya ia bisa mengendalikan sukses atau tidaknya ia di masa depan, atau bahkan bagaimana caranya ia mengendalikan bangsa dan negaranya sebagai generasi penerus bangsa.
Perlu kita camkan baik baik pekikan Bapak Proklamator kita, "Seribu orang tua hanya dapat bermimpi, tapi satu orang pemuda dapat mengubah dunia." Tentu pemuda yang dimaksud Soekarno adalah pemuda yang tidak menghabiskan waktunya seharian berleha-leha di dunia maya.
Salam INSAN (Internet sehat dan aman).
Editor : tagor
Sumber : cnn
Di negara kita ini, ada sekelompok orang yang identik perilakunya dan sering kita jumpai, mereka ada di mana-mana dari Sabang sampai Merauke, dan jumlahnya terus merangkak naik setiap tahunnya. Kira-kira, siapakah gerangan kelompok ini? Iya, Kelompok ini dinamai "generasi menunduk".
![]() |
ilustrasi anak bermain smartphone |
Para remaja sebagai pengguna Internet yang mendominasi 80 persen dari 82 juta pengguna Internet di indonesia tanpa disadari telah menjadi pengikut generasi menunduk ini. Mereka sibuk sekali menunduk menatap smartphone.
Untuk apa? Jelas menghabiskan waktu berselancar di dunia maya. Media sosial, dengan segala daya tariknya mampu menjadi candu. Membuat lupa akan dunia sesungguhnya. Tanpa disadari deadline pekerjaan pun sering molor dari waktunya.
Remaja yang identik dengan belum matang emosinya, sering mengalami kekosongan di jiwa mereka lalu menjadi hiperaktif di media sosial, mengumbar segala kegiatan mereka dan berusaha mempertahankan citra sebaik mungkin.
Namun apa yang di-posting di media sosial tidak selalu sama dengan kehidupan sebenarnya. Tidak jarang kenyataannya mereka merasa kesepian dan tertutup dan hanya menjadikan media sosial untuk media pelampiasan sebagai konsekuensi agar diakui eksistensi dirinya.
Belum lagi efek negatif lainnya dari media sosial seperti rentan akan penipuan dari akun-akun palsu, terlalu banyak informasi yang masuk, dan susah disaring mana yang benar mana yang hoax, serta semakin mudahnya mengakses hal yang belum pantas dikonsumsi remaja, seperti pornografi.
Namun siapa bilang media sosial tak menguntungkan? Lihat saja film pendek yang sedang booming beberapa waktu lalu, Ada Apa Dengan Cinta (AADC). Di film itu dikisahkan Rangga menghubungi Cinta melalui media sosial setelah di-PHP-in Cinta selama bertahun tahun.
Lantas apa hikmah di balik kisah ini? Media sosial membantu kita mengaitkan tali silahturahmi yang sempat putus, menghimpun keluarga, kerabat, dan teman yang tersebar.
Selain itu, saat ini banyak juga remaja yang merintis usaha, media sosial tentu menjadi ladang promosi terampuh karena banyak penggunanya.
Apa lagi kegunaan medsos bagi remaja? Medsos bermanfaat sebagai media pembelajaran yang menarik dengan adanya grup atau pages sesuai minat. Misalnya grup diskusi matematika, grup belajar bahasa, atau grup komunitas fotografi. Bahkan kita bisa bertanya langsung dengan pakarnya.
Berdampak positif dan negatifnya media sosial itu sebenarnya kendali kita sepenuhnya, bagaimana kita mempergunakannya. Media sosial sebagai sebuah kemajuan teknologi harus dimanfaatkan dengan baik oleh setiap orang, khususnya remaja.
Jika remajanya saja tak mampu mengendalikan arus media sosial, bagaimana nantinya ia bisa mengendalikan sukses atau tidaknya ia di masa depan, atau bahkan bagaimana caranya ia mengendalikan bangsa dan negaranya sebagai generasi penerus bangsa.
Perlu kita camkan baik baik pekikan Bapak Proklamator kita, "Seribu orang tua hanya dapat bermimpi, tapi satu orang pemuda dapat mengubah dunia." Tentu pemuda yang dimaksud Soekarno adalah pemuda yang tidak menghabiskan waktunya seharian berleha-leha di dunia maya.
Salam INSAN (Internet sehat dan aman).
Editor : tagor
Sumber : cnn
Tidak ada komentar