Kembalikan Bentuk Aslinya, Balaikota Siantar Akan Dijadikan Tempat Wisata
LINTAS PUBLIK-SIANTAR, Sebagai kawasan heritage (warisan budaya) Kantor Walikota Pematang Siantar yang terletak di Jalan Merdeka harus dipelihara dengan baik. Salah satu peninggalan Belanda yang dibangun pada tahun 1920 ini, pernah menjadi Kantor Gubernur Sumatera, era Mr.Teuku Muhammad Hasan, sejak 6 Pebruari sampai 29 Juli 1947. Rencananya, bangunan ini akan dipugar tahun 2016.
![]() |
| Jumsadi Damanik meninjau lokasi balai kota yang terlihat rusak, dan akan segera dilakukan perbaikan (rehab) pada awal tahun 2016. |
Pj Walikota mengharapkan, pemugaran dilakukan secara hati-hati dengan berpedoman kepada gambar aslinya dahulu. Dengan demikian, bangunan ini nantinya dapat menggugah memori kolektif setiap orang yang melihatnya bahwa Kota Pematangsiantar ini sudah modern di zaman Hindia Belanda.
“Kita beruntung memiliki bangunan heritage seperti ini yang daerah lain tak memilikinya. Karena itu, sangat disayangkan jika kita sebagai generasi penerus tidak melestarikan warisan sejarah bangsa kita,”ujarnya seraya memberi petunjuk bagian-bagian bangunan yang perlu segera direhab.
Apalagi, tak jauh dari Kantor Walikota ada Siantar Hotel yang juga warisan zaman Belanda dibangun tahun 1913. Persis di belakang Siantar Hotel, Belanda juga membangun Stasiun Kereta Api yang awalnya untuk kepentingan perkebunan perusahaan NV. Deli Spoorweg Maatschappij (DSM) dibangun tahun 1915. Perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan jawatan kereta api pertama di Sumatera. Dalam perkembangannya kemudian, jalur kereta api ini menjadi komersial.
Melengkapi fasilitas kota, Belanda juga membangun Taman Hewan Pematang Siantar yang sekarang terletak di Jalan Gunung Simanuk-manuk, Kelurahan Teladan Kecamatan Siantar Barat, pada tahun 1936 dengan lahan seluas 4,5 hektar. Karena itulah, menurut Pj Walikota, warisan sejarah yang potensial dan ekonomis di kota Pematangsiantar harus dikelola secara maksimal guna meningkatkan pendapatan masyarakat.
Sekaitan dengan pelestarian kawasan heritage tersebut, jalur kereta warisan kolonial Belanda yang menghubungkan Pematang Siantar ke Medan ini perlu dikembangkan. Paling tidak untuk mempercepat jalur transportasi ke Bandara Kuala Namu. Apalagi angkutan mobil semakin padat menyebabkan waktu tempuh Pematangsiantar Kuala Namu bertambah lama. Program ini sangat penting dalam rangka mengembangkan kota Pematangsiantar sebagai kota industri perdagangan, barang jasa dan pariwisata.
“Harus kita pikirkan bersama, bagaimana caranya agar secepatnya ada jalur khusus kereta api dari Pematangsiantar menuju Bandara Kuala Namu. Jika ini bisa direalisasikan dengan bantuan Kementrian Kantor Walikota Segera Dipugar Sesuai Bentuk Aslinya Jumsadi Damanik: “Perlu Jalur Kereta Api Khusus Bandara Kuala Namu”
Pematangsiantar - Sebagai kawasan heritage (warisan budaya) Kantor Walikota Pematang Siantar yang terletak di Jalan Merdeka harus dipelihara dengan baik. Salah satu peninggalan Belanda yang dibangun pada tahun 1920 ini, pernah menjadi Kantor Gubernur Sumatera, era Mr.Teuku Muhammad Hasan, sejak 6 Pebruari sampai 29 Juli 1947. Rencananya, bangunan ini akan dipugar tahun 2016.
“Kita akan mengembalikan bangunan heritage ini sesuai dengan aslinya, agar lebih terlihat bermakna historis dan memiliki daya tarik wisata,”ujar Penjabat (Pj) Walikota, Jumsadi Damanik, SH, M.Hum saat meninjau seluruh ruangan yang sebagian besar terlihat rusak, Kamis pagi (10/12) bersama Sekda, Drs Donver Panggabean,M.Si, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Ir.Renward Simanjuntak dan Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Aset, Ir Adiaksa Purba, Kaban Pelayanan Perizinan Terpadu Drs.Esron Sinaga, M.Si, serta Plt.Kabag Humas, Jalatua Hasugian.
Pj Walikota mengharapkan, pemugaran dilakukan secara hati-hati dengan berpedoman kepada gambar aslinya dahulu. Dengan demikian, bangunan ini nantinya dapat menggugah memori kolektif setiap orang yang melihatnya bahwa Kota Pematangsiantar ini sudah modern di zaman Hindia Belanda. “Kita beruntung memiliki bangunan heritage seperti ini yang daerah lain tak memilikinya. Karena itu, sangat disayangkan jika kita sebagai generasi penerus tidak melestarikan warisan sejarah bangsa kita,”paparnya seraya memberi petunjuk bagian-bagian bangunan yang perlu segera direhab.
Apalagi, tak jauh dari Kantor Walikota ada Siantar Hotel yang juga warisan zaman Belanda dibangun tahun 1913. Persis di belakang Siantar Hotel, Belanda juga membangun Stasiun Kereta Api yang awalnya untuk kepentingan perkebunan perusahaan NV. Deli Spoorweg Maatschappij (DSM) dibangun tahun 1915. Perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan jawatan kereta api pertama di Sumatera. Dalam perkembangannya kemudian, jalur kereta api ini menjadi komersial.
Melengkapi fasilitas kota, Belanda juga membangun Taman Hewan Pematang Siantar yang sekarang terletak di Jalan Gunung Simanuk-manuk, Kelurahan Teladan Kecamatan Siantar Barat, pada tahun 1936 dengan lahan seluas 4,5 hektar. Karena itulah, menurut Pj Walikota, warisan sejarah yang potensial dan ekonomis di kota Pematangsiantar harus dikelola secara maksimal guna meningkatkan pendapatan masyarakat.
Sekaitan dengan pelestarian kawasan heritage tersebut, jalur kereta warisan kolonial Belanda yang menghubungkan Pematang Siantar ke Medan ini perlu dikembangkan. Paling tidak untuk mempercepat jalur transportasi ke Bandara Kuala Namu. Apalagi angkutan mobil semakin padat menyebabkan waktu tempuh Pematangsiantar Kuala Namu bertambah lama. Program ini sangat penting dalam rangka mengembangkan kota Pematangsiantar sebagai kota industri perdagangan, barang jasa dan pariwisata.
“Harus kita pikirkan bersama, bagaimana caranya agar secepatnya ada jalur khusus kereta api dari Pematangsiantar menuju Bandara Kuala Namu. Jika ini bisa direalisasikan dengan bantuan Kementrian Perhubungan, tentu sangat berpeluang mendulang devisa bagi Pematangsiantar sebagai gerbang masuk menuju Parapat dan Danau Toba. Tentu akan banyak pengusaha maupun masyarakat yang mendapat manfaat dari program ini,”ujar Pj Walikota memberi arahan.
Penulis : franki Editor : tagor
Penulis : franki Editor : tagor




Tidak ada komentar