Header Ads



TRS-Zainal Hadiri Festival Kue Bulan

LINTAS PUBLIK-SIANTAR, Memiliki banyak pengalaman dan pendidikan yang tinggi terlihat jelas dalam diri Teddy Robinson Siahaan (TRS). Banyak bergaul dan berinteraksi dengan banyak orang dari berbagai latar belakang, menempah TRS menjadi pribadi yang supel.
Hal ini terlihat jelas saat TRS menyampaikan sejarah festival kue bulan  di hadapan ratusan masyarakat etnis Tionghoa di Megaland, Pematangsiantar, Sabtu (26/9/2015), dalam acara Festival Kue Bulan yang diselenggarakan oleh Yayasan Sosial Kemuliaan Moral (YSKM) Pematang Siantar.
Calon Walikota Tedy Robinson Siahaan beserta istri dan Calon Wakil Walikota Zainal Purba beserta istri saat memberikan kata sambutan
Sebagai undangan kehormatan, TRS yang datang bersama Zainal Purba (Calon Wakil Walikota) menerangkan Festival Kue Bulan merupakan tradisi masyarakat Tionghoa sejak berabad-abad lalu sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen.
Menurut TRS, Festival Kue Bulan ini harus tetap dipelihara dan dilaksanakan rutin setiap tahun sebagai bagian dari budaya Tionghoa.
"Festival ini harus tetap dipelihara sebagai bagian dari kekayaan budaya dan ke depannya ini menjadi warisan yang tetap harus dilaksanakan generasi muda etnis Tionghoa," katanya. 
Komunikasi antara panitia dan rombongan TRS pun, terbangun akrab disela-sela kegiatan. Hingga tetabuhan perangkat alat musik memecah suasana. Sepasang barongsai pun memasuki ruangan berkapasitas ratusan orang, meliuk-liuk dan mempertunjukkan kebolehannya. Beratraksi di depan meja bulat. Sehingga, barongsai pun mendapat angpao dari TRS. 
Memasuki acara inti, TRS pun didaulat memberi kata sambutan. Punya banyak perbendaharaan, calon Walikota Pematangsiantar 2015-2020 ini pun mengucapkan selamat atas perayaan  mooncake festival (festival kue bulan).
Di hadapan para hadirin, TRS menuturkan sejarah yang diketahuinya  terkait  festival kue bulan menjadi tradisi bagi etnis Tionghoa hingga saat ini.
Perayaan sembahyang kue bulan tahunan setiap tanggal 15 bulan delapan kalender Imlek.
Pada hari itulah bulan paling bulat dan paling terang sepanjang tahun, karena pada hari itu jarak bulan dengan bumi dan bentuk kue yang bulat melambangkan terangnya bulan menyinari bumi.
Dituturkannya sebelum Dinasty Qin 221-206 SM rakyat China sudah mengenal tradisi/adat sembahyang Dewi Bulan yang dihubungkan dengan posisi bulan bagi masyarakat untuk cocok tanam (agraris). Karena dianggapnya sinar rembulan dapat memberikan kesuburan dalam ekosistem tanah bagi kaum petani dan di malam bulan purnama memang bulan terterang sepanjang tahun juga diikuti musim panen.
Kedua, menurut legenda zaman dahulu kala terdapat 10 matahari yang sangat memengaruhi ekosistem bumi sehingga oleh Dewa Ho Yi pemanah Jitu Khayangan/langit, dipanalah matahari hingga sisa satu. Peristiwa ini Yi Wang Ta Tie (Penguasa Langit) sangat marah dan menghukum HOYI dan istrinya Chang Er dengan cara menjadikan pasangan ini menjadi masyarakat biasa/ hidup di duniawi. Suatu hari mereka menemukan obat awet muda sepanjang masa dan dimakan oleh istrinya Chang Er sehingga tubuhnya ringan dan terbang menuju bulan. Dari sinilah asal muasal sembahyang Dewi Bulan.
Ketiga, Kue Bulan, kue Tiong Chiu Pia. Pada tahun 1206 M China dijajah Mongolia pimpinan Tieh Mu Chen hingga tahun 1368 M berarti selama 89 China dijajah Mongolia. China berhasil merebut kembali dari Mongolia berkat upaya kepala pengemis Zhu Yan Chang menjelang sembahyang Dewi Bulan mengedarkan pesan-pesan dalam kue-kue agar pada malam purnama (Tiong Chiu) kita merebut kekuasaan kembali dari tangan Mongolia dan ternyata berhasil bertepatan pada tanggal 9 September 1368 M. Semenjak itulah kue Tiong Chiu mengalami perkembangan hingga dewasa ini. Dan semenjak inilah berdirinya kerajaan pertama di Tiongkok dengan sebutan Dinasty Ming (1368-1644 M). Masa kepemimpinan Tieh Mu Chen 1206-1368 M oleh adiknya bernama Hu Pit Lei Han dinamai Dinasty Yan (1206-136 M.
Secara religius ini dimaksudkan  sebagai bentuk pernyataan syukur kepada Dewa Bumi . Penyambutan di saat bulan purnama di pertengahan musim gugur  di belahan bumi Utara. Saat cuaca baik dan bulan nampak sangat cemerlang. Para petani sibuk dan gembira karena berada di tengah musim panen. Maka musim itu dihayati sebagai saat-saat bumi yang menghasilkan berbagai hasil bumi, sehingga dewa bumi disembahyangi terutama bagi negara agraris yang terdapat empat musim seperti Cina.
Pada saat purnama yang cemerlang itu dilakukan sembahyang kepada Dewa Bumi sebagai pernyataan syukur atas berkah yang diperoleh. Sebagai sajian khususnya ialah Tiong Chiu Pia yang melukiskan rembulan juga melambangkan Dewa Bumi. Di dalam Upacara sembahyang Besar Tiong Chiu mendorong dan meneguhkan keyakinan pada kebajikan, menjunjung dan memuliakan kebajikan karena makna Dewa Bumi membawakan berkah atas kebajikan.
Diakhir acara TRS dan rombongan pun meninggalkan lokasi diiringi atraksi barongsai.

Penulis : franki/rel Editor : tagor

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.