Header Ads



Harapan Tatap Muka Lagi

Oleh : Minar Trisnawati Tobing,S.Pd.,M.Pd

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim kembali mengimbau untuk segera mulai pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas bagi sekolah tertentu. Sekolah yang dimaksud adalah sekolah dengan tenaga pendidik yang sudah divaksin. 


Minar Trisnawati Tobing,S.Pd.,M.Pd

"Sekali lagi, saya ingin mengimbau seluruh satuan pendidikan. Jika Ibu dan Bapak guru serta tenaga pendidikan sudah divaksinasi, mohon segera memulai dan memberikan opsi PTM terbatas," pesan Nadiem dalam Peluncuran Seri Webinar Guru Belajar Pembelajaran Tatap Muka Terbatas melalui kanal resmi Youtube Ditjen GTK Kemdikbud RI Jumat (28/5/2021), Dalam sambutannya di acara peluncuran seri webinar guru belajar tersebut, Nadiem mengaku menerima banyak keluhan dari para pelajar.

Menurutnya, para siswa maupun mahasiswa sudah merindukan suasana di lingkungan berlajarnya masing-masing. "Saya apresiasi langkah cepat pada Pemda dan satuan pendidikan untuk pelaksanaan PTM terbatas pada masa transisi ini," ujar Nadiem. 

Nadiem mengajak berbagai pihak di dunia pendidikan untuk bergerak bersama menghadapi virus corona yang telah resmi ditetapkan WHO sebagai pandemi global untuk melakukan langkah-langkah mencegah berkembangnya penyebaran Covid-19 di lingkungan satuan pendidikan. 

"Kita bergerak bersama untuk bisa lepas dari situasi ini, Setidaknya saat itu dua surat edaran dikeluarkan Kemendikbud terkait virus corona; Pertama, Surat Nomor 2 Tahun 2020 tentang Pencegahan dan Penanganan Covid-19 di lingkungan Kemendikbud. 

Kedua, Surat Edaran Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pencegahan Covid-19 pada Satuan Pendidikan. Mulai saat itu, kegiatan sekolah pun berlangsung secara daring. Sejumlah tantangan mesti dihadapi agar anak-anak Indonesia tetap bisa belajar secara maksimal. 

Permasalahan yang harus dihadapi terutama terkait dengan infrastruktur, misalnya listrik dan jaringan internet. Selain itu, tidak sedikit keluarga yang tidak memiliki gawai sebagai sarana untuk mengikuti PJJ. 

Ada catatan penting yang harus kita kaji bersama terkait pembelajaran jarak jauh di Indonesia. yaitu soal sumber daya manusia yang tidak siap. Selama pandemi ini jujur saja guru-guru  sebenarnya kaget, karena apa? karena pembelajaran guru tidak dipersiapkan untuk menghadapi PJJ. 

Guru di Indonesia ini tidak didesain untuk menghadapi pembelajaran PJJ luring maupun daring. Guru hanya dipersiapkannya untuk pembelajaran normal. bahkan di awal Maret hingga Juni tahun lalu guru masih susah dalam hal pembelajaran luring atau daring ini khususnya pembelajaran daring. 

"Karena apa? karena keterampilan mereka di dalam menggunakan perangkat digital itu masih sangat minim, sebab pelatihan-pelatihan guru itu sebelumnya kita tahu klasikal bukan digital. Tetapi setelah bebrapa bulan bahkan sudah setahun kita menghadapi pandemic covid-19 ini sekarang sudah banyak guru atau para pendidik yang mulai lihai dalam menjalankan teknologi atau perangkat pembelajatan berbasis IT.

Pemerintah pusat dalam hal ini Kemendikbud, Kemenag dan lintas Kementerian lainnya serta pemerintah daerah tidak mempersiapkan secara maksimal kebutuhan infrastruktur penunjang PJJ sehingga masih terjadi disparitas infrastruktur di berbagai daerah. 

"Kenapa mereka PJJ-nya luring? karena internetnya enggak ada, anak enggak punya gawai, bahkan di Papua itu tidak sedikit guru-guru yang tidak memiliki gawai pintar, terkait dengan kurikulum darurat yang digunakan dalam pandemi Covid-19. 

Kendati demikian, Mendikbud Nadiem sudah cukup baik dalam merespons kebutuhan tersebut. Pak Menteri mendengarkan aspirasi membuat kurikulum darurat atau kurikulum yang adaptif terhadap bencana atau pandemi, yakni soal kebijakan negara dalam mengakselerasi kebutuhan pembelajaran jarak jauh. 

Kebijakan negara itu, sudah cukup banyak, salah satunya yaitu terkait dengan bantuan kuota internet. perjalanan pendidik dan peserta didik dalam menerapkan pembelajaran jarak jauh di masa pandemi ini juga diwarnai sejumlah cerita tragis hingga menyentuh. Ada siswa SD yang dibunuh oleh ibunya lantaran sulit diajari saat belajar online, ada juga yang diduga bunuh diri karena beban tugas daring, hingga tidak sedikit yang menikah akibat berhenti bersekolah. 

Harapan pembelajaran tatap muka untuk mengatasi berbagai persoalan PJJ muncul setelah vaksinasi untuk guru dan tenaga kependidikan dimulai pada Rabu (24/2/2021) di Jakarta. 

"Vaksinasi untuk tenaga kependidikan telah dimulai. Ini karena tenaga pendidik dan tenaga kependidikan seperti guru penting. Ini kita berikan prioritas agar nanti diawal semester kedua pendidikan tatap muka bisa kita mulai lakukan," terang Presiden. 

Presiden menarget, di bulan Juni nanti 5 juta guru, tenaga pendidik dan kependidikan semuanya bisa selesai ikut vaksin guru. "Targetnya di bulan Juni nanti 5 juta guru dan tenaga kependidikan semuanya Insya Allah sudah bisa kita selesaikan," kata Presiden. "Sehingga di bulan Juli saat mulai ajaran baru, semuanya bisa berjalan normal kembali, saya kira targetnya itu," tandas Presiden Jokowi

Sementara itu,  Mendikbud Nadiem Makarim yakin proses vaksin guru bisa selesai di akhir Juni 2021. Jika target itu tercapai, maka proses belajar tatap muka di sekolah bagi siswa bisa benar-benar terlaksana pada Juli 2021. 

"Kami ingin memastikan guru dan tenaga kependidikan sudah selesai vaksinasi di akhir Juni. Sehingga di Juli sudah melakukan proses belajar tatap muka di sekolah," kata Nadiem. Kendati belajar tatap muka, siswa dan guru tetap mematuhi protokol kesehatan di sekolah dengan baik. Sehingga, semua bisa melatih kebiasaan baru yakni proses sekolah tatap muka dengan menerapkan protokol kesehatan yang baik. 

 

Penulis adalah Dosen di Universitas HKBP Nommensen Pematangsiantar(UHKBPNP) Program Study PGSD. Dapat dihubungi di Email : minartobing14@gmail.com





Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.