Header Ads



Diserang Saat Patroli di Kongo 1 Prajurit TNI Asal Simalungun Gugur

LINTAS PUBLIK, Seorang putra bangsa asal Kabupaten Simalungun yang merupakan prajurit TNI-AD asal Kodam I/BB Serma Rama Wahyudi gugur dalam misi perdamaian di Republik Demoktik Kongo, usai konvoi kendaraan serpas dan resupply Kontingen Indonesia ditembaki separatis, Senin (22/6) malam.

Almarhum ternyata merupakan putra asli Kabupaten Simalungun, tepatnya Jalan Air Bersih, Desa Kerasaan, Kecamatan Pematang Bandar. Beliau merupakan lulusan Secaba Tahun 2004.

Camat Pamatang Bandar Juraini Purba mengatakan, anggota TNI Serma Rama Wahyudi yang gugur itu benar berasal dari Kelurahan Kerajaan, Kecamatan Pematang Bandar.

Almarhum Serma Rama Wahyudi semasa hidupnya./ist
“Orangtuanya tinggal di Simalungun, tapi anaknya yang TNI itu tinggal di Pekanbaru. Keluargannya sudah berangkat ke Pekan Baru,” ujar Juraini Purba dihubungi wartawan, Rabu (24/6) melalui telepon selulernya.

Sementara Abang kandung almarhum, Aris, menyampaikan sosok adiknya adalah orang yang tak neko-neko dan lurus dalam hal bekerja.

“Ya, beliau lahir di sini (Simalungun, red) dan lulus Secaba tahun 2004-2005 melalui penerimaan prajurit TNI-AD dari Kodam Jaya di Jakarta. Sejak berdinas, dia orang yang lulus dalam hal apapun. Saya jamin,” kata Aris mengenang sosok adiknya itu.

Serma Rama Wahyudi adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Saat ini ia berdinas di Paldam Korem 031/Wira Bima, yang merupakan satuan di bawah komando Kodam I/Bukit Barisan.

“Di Pekanbaru, dia meninggalkan istri dan ketiga anaknya yang masih kecil-kecil. Anaknya yang paling besar naik kelas 2 SD, anak kedua usia 4 tahun dan anak ketiga baru berusia 2 tahun,” cerita Aris.

Serma Rama Wahyudi sudah terjun ke misi perdamaian PBB di Republik Demokratik Kongo sejak Februari 2020 (5 bulan).

Terakhir, menjelang Hari Raya Idul Fitri 1441 Hijriyah, Serma Rama Wahyudi sempat menghubungi keluarga di Simalungun, dan bercerita bahwa kondisi dirinya selama bertugas baik-baik saja.

“Terakhir pas malam takbiran (Waktu Indonesia Barat), dia ada nelpon kami di sini. Dia bilang kondisi di Congo, aman-aman saja. Tiba-tiba ada kabar seperti ini, kami terpukul lah,” katanya.

Rencananya seluruh keluarga besar di Simalungun akan berangkat ke Pekanbaru menerima jenazah Serma Rama Wahyudi yang mungkin akan mendapatkan gelar penghormatan sebagai anumerta.

Meninggalnya Sersan Mayor (Serma) Rama Wahyudi dikonfirmasi oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi melalui unggahan di akun Twitternya, Selasa (23/6/2020).

“Penghargaan setinggi-tingginya kepada Alm. Serma Rama Wahyudi atas pengabdiannya dalam menjaga perdamaian dunia. Semoga keluarga yang ditinggalkan selalu diberi ketabahan,” tulis Menlu Retno.

Melansir laporan AFP dari sumber PBB yang dikutip kantor berita Antara, anggota pasukan perdamaian dari Indonesia terbunuh dan seorang lainnya terluka dalam serangan oleh milisi pada Senin malam (22/6/2020) di bagian timur Republik Demokratik Kongo.

Patroli mereka diserang sekitar 20 kilometer dari Kota Beni di Provinsi Kivu Utara. Menlu Retno menyampaikan bahwa Dewan Keamanan PBB telah mengutuk keras serangan kepada MONUSCO dan meminta otoritas Kongo untuk melakukan investigasi dan membawa pelakunya ke meja pengadilan.

Dalam sebuah pernyataan, Kepala MONUSCO Leila Zerrougui mengutuk serangan itu, yang katanya dilakukan oleh “tersangka anggota ADF” yakni Pasukan Sekutu Demokrat, sebuah kelompok bersenjata terkenal di timur negara tersebut.

Tentara itu telah mengambil bagian dalam proyek untuk membangun jembatan di daerah Hululu.

ADF adalah gerakan Muslim terutama yang berasal dari negara tetangga Uganda pada 1990-an, yang menentang pemerintahan Presiden Uganda Yoweri Museveni.

Pada 1995, kelompok itu pindah ke Republik Demokratik Kongo, yang menjadi basis operasinya, meskipun mereka tidak melakukan serangan di Uganda selama bertahun-tahun.

Menurut catatan PBB, gerakan tersebut telah menewaskan lebih dari 500 orang sejak akhir Oktober, ketika tentara Kongo melancarkan serangan terhadapnya.

ADF menewaskan 15 tentara PBB di pangkalan mereka di dekat perbatasan Uganda pada Desember 2017, dan tujuh lainnya dalam serangan pada Desember 2018.

KSAD Tunggu Kronologi

Kepala Staf TNI Angkatan Darat ( KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa menanti kronologi peristiwa gugurnya prajurit TNI AD Sersan Mayor (Serma) Rama Wahyudi di Kongo.

Serma Rama gugur ketika bertugas sebagai anggota pasukan perdamaian di Misi MONUSCO, Republik Demokratik Kongo.

“Itu adalah operasi di-handle Mabes TNI. Yang jelas kami akan mengevaluasi dan kami ingin mendapat kronologi yang sebenarnya,” ujar Andika.

Andika mengatakan, Mabes TNI akan mengurus jenazah Rama. Sebab, yang memberangkatkan semua prajurit TNI dalam misi perdamaian adalah Mabes TNI.

“Kalau pengurusan, jelas dari Mabes TNI karena memang operasi mereka yang menggelar, mereka yang merencanakan, kemudian menyiapkan, menganggarkan mereka,” ucap Andika.

“Kami  juga proaktif. Artinya, kami sudah berhubungan dengan keluarga dengan satuannya,” kata dia.

Andika menambahkan, TNI AD hanya menyediakan pasukan misi perdamaian. Selanjutnya, terkait penugasan merupakan atas perintah Mabes TNI.

Selain itu, Andika mengungkapkan, bahwa terdapat prajurit TNI yang juga mengalami luka-luka dalam serangan tersebut. Untuk diketahui, 1 Prajurit TNI atas nama Serma Rama Wahyudi yang ditugaskan dalam misi perdamaian PBB di Republik Demokratik Kongo gugur dalam serangan milisi. Sementara korban lainnya Prt M Syafii Makbul, masih dalam perawatan intensif.

“Satu yang meninggal, satu lainnya luka-luka. Ya, mudah-mudahan masih ada harapan untuk pulih,” ujar dia.

Rama sendiri gugur setelah patrolinya diserang oleh milisi pada Senin malam waktu setempat (22/6/2020) di dekat Beni, kota di Provinsi Kivu Utara.

Kabar itu disampaikan Sy Koumbo, perwira komunikasi Misi Stabilisasi PBB untuk RD Kongo (Monusco), seperti dilaporkan AFP Selasa (23/6/2020).

“Satu anggota Helm Biru (pasukan perdamaian PBB) gugur dan satunya terluka namun tidak serius. Saat ini kondisinya stabil,” tutur Koumbo.

Dalam rilis resminya, Kepala Monusco Leila Zerrougui mengecam serangan itu, dan menduga pelakunya adalah Pasukan Aliansi Demokratik (ADF).

ADF merupakan kelompok bersenjata yang terkenal mempunyai reputasi buruk, dan beroperasi di kawasan timur negara yang dulunya bernama Zaire tersebut.

Zerrougui menerangkan, prajurit Indonesia itu bertugas dalam proyek untuk membangun jembatan yang berada di kawasan Hululu.

ADF merupakan pergerakan yang awalnya berasal dari Uganda pada 1990-an silam, dan menentang pemerintahan Presiden Yoweri Museveni.

Pada 1995, mereka pindah dan bermarkas di Kongo, meski diyakini mereka tidak melancarkan serangan ke Uganda selama bertahun-tahun.

Berdasarkan data dari PBB, 500 orang tewas karena aksi mereka sejak akhir Oktober 2019, ketika militer RD Kongo melaksanakan operasi.

ADF diketahui membunuh 15 pasukan perdamaian PBB dekat perbatasan Uganda pada Desember 2017, dan membunuh tujuh lainnya dalam penyergapan Desember 2018.



sumber  : fase 


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.