Fony Sitanggang, Lestarikan Budaya Batak Melalui Busana dan Musik
LINTAS PUBLIK-SIANTAR, Dalam melestarikan budaya Batak yang akrab dengan Ulosnya, salah satu artist lokal, Tigor Wong, menemukan ide, yakni dalam setiap penampilannya selalu menggunakan kostum pakaian Batak bermotif Ulos.
Setiap kali manggung di Cafe, Ratusan pengunjung terlihat antusias menyaksikan penampilan Tigor Wong. Tidak saja menikmati suara indahnya, pengunjung juga menikmati pemandangan dari kostum-kostum yang dikenakan pria bernama lengkap Aldonsow Tigor Dawolo, beserta empat personil bandnya.
Ketika ditemui dalam salah satu aksi panggungnya, pelantun lagu "Holan Hata" itu menuturkan kecintaannya terhadap budaya batak, meski dirinya merupakan putra Nias. Setiap kali manggung di cafe, ia dan rekan bandnya selalu menggunakan pakaian Adat Batak bermotif Ulos.
"Kita baru 6 bulan terbentuk. Manggungnya baru di Siantar aja. Setiap manggung pasti memakai pakaian ini," tegasnya belum lama ini.
Ia mengaku sangat senang dan bangga ketika mengenakan pakaian Adat Batak tersebut.
"Senang dan bangga juga. Ini menunjukkan Budaya Batak. Supaya semakin disenangi. Tidak tersisihkan oleh perkembangan zaman. Ini juga jadi ciri khas kita dalam setiap manggung," ujar pria 29 tahun ini.
Tak hanya itu, dengan mengenakan pakaian Adat Batak dalam setiap penampilannya, ia yakin bahwa para penonton pasti senang dan menyukainya.
"Pasti disenangi dan disukai lah," ujarnya,
Ditanya terkait seseorang di balik ide mengenakan pakaian Adat Batak tersebut, ia mengungkapkan bahwa ide tersebut muncul dari seorang wanita bernama Fony Sitanggang.
"Kebetulan kak Fony ini punya usaha pembuatan pakaian Adat Batak. Aku bertemu dia ketika manggung di salah satu Cafe di Siantar ini. Dia mengajak kami terus membuat ide ini," kisah pria berambut gondrong ini.
Masih di lokasi yang sama, Fony Sitanggang yang turut menemani Grup Band tersebut mengatakan bahwa ide tersebut muncul karena adanya keprihatinan melihat perkembangan produk Ulos di Siantar.
"Prihatinlah melihat itu makanya kita wujudkan ide itu supaya pakaian Adat Batak itu lebih dikenal dan tidak terlupakan," ungkapnya sembari mengatakan bahwa dalam setiap penampilan Wong Band, ia yang mendesain pakain setiap personelnya.
Tak sampai di situ, membuat pakaian bermotif ulos-ulos, dinilainya lebih gampang dikenal dan tidak dilupakan. Dengan usaha pembuatan pakaian Adat Batak yang dimilikinya, ia juga berniat memajukan kualitas penenun di Siantar.
"Saya kan punya usaha pembuatan pakaian Adat Batak. Kalau hanya menonton, tentu saja saya pendapatan akan terus menurun, kita punya ide yakni kita ambil penenun yang punya skill terus kita didik supaya menjadi penenun yang lebih baik," jelas wanita yang membuka usaha Kyan Ulos di kawasan Pasar Horas Pematangsiantar ini.
Dalam setiap penampilannya, Wong Band akan mengenakan berbagai pakaian Adat Batak bermotif Ulos.
"Kalau dari Batak Toba ada Sadum, Ragi Hotang, Bintang Maratur dan Pinuca. Kalau dari Simalungun ada Simarakkat-akkat, Hati Rongga, tapak catur dan yang lainnya lah. Dari Karo ada Uwis Nipes dan Beka bulu. Dari Tapsel, Taput dan Pakpak juga ada. Semua pakainnya dalam bentuk kaos, rompi, jas, kemeja dan juba," pungkas warga Jalan Melanton Siregar, Siantar Marihat ini, sembari memperlihatkan pakaian-pakain hasil desainnya, seperti jas, kemeja, rompi, juba, hingga segala jenis topi.
Penulis : franki
Editor : tagor
![]() |
Pakaian motif busana batak karya Fony Sitanggang |
Ketika ditemui dalam salah satu aksi panggungnya, pelantun lagu "Holan Hata" itu menuturkan kecintaannya terhadap budaya batak, meski dirinya merupakan putra Nias. Setiap kali manggung di cafe, ia dan rekan bandnya selalu menggunakan pakaian Adat Batak bermotif Ulos.
"Kita baru 6 bulan terbentuk. Manggungnya baru di Siantar aja. Setiap manggung pasti memakai pakaian ini," tegasnya belum lama ini.
Ia mengaku sangat senang dan bangga ketika mengenakan pakaian Adat Batak tersebut.
"Senang dan bangga juga. Ini menunjukkan Budaya Batak. Supaya semakin disenangi. Tidak tersisihkan oleh perkembangan zaman. Ini juga jadi ciri khas kita dalam setiap manggung," ujar pria 29 tahun ini.
Tak hanya itu, dengan mengenakan pakaian Adat Batak dalam setiap penampilannya, ia yakin bahwa para penonton pasti senang dan menyukainya.
"Pasti disenangi dan disukai lah," ujarnya,
Ditanya terkait seseorang di balik ide mengenakan pakaian Adat Batak tersebut, ia mengungkapkan bahwa ide tersebut muncul dari seorang wanita bernama Fony Sitanggang.
"Kebetulan kak Fony ini punya usaha pembuatan pakaian Adat Batak. Aku bertemu dia ketika manggung di salah satu Cafe di Siantar ini. Dia mengajak kami terus membuat ide ini," kisah pria berambut gondrong ini.
Masih di lokasi yang sama, Fony Sitanggang yang turut menemani Grup Band tersebut mengatakan bahwa ide tersebut muncul karena adanya keprihatinan melihat perkembangan produk Ulos di Siantar.
"Prihatinlah melihat itu makanya kita wujudkan ide itu supaya pakaian Adat Batak itu lebih dikenal dan tidak terlupakan," ungkapnya sembari mengatakan bahwa dalam setiap penampilan Wong Band, ia yang mendesain pakain setiap personelnya.
Tak sampai di situ, membuat pakaian bermotif ulos-ulos, dinilainya lebih gampang dikenal dan tidak dilupakan. Dengan usaha pembuatan pakaian Adat Batak yang dimilikinya, ia juga berniat memajukan kualitas penenun di Siantar.
"Saya kan punya usaha pembuatan pakaian Adat Batak. Kalau hanya menonton, tentu saja saya pendapatan akan terus menurun, kita punya ide yakni kita ambil penenun yang punya skill terus kita didik supaya menjadi penenun yang lebih baik," jelas wanita yang membuka usaha Kyan Ulos di kawasan Pasar Horas Pematangsiantar ini.
Dalam setiap penampilannya, Wong Band akan mengenakan berbagai pakaian Adat Batak bermotif Ulos.
"Kalau dari Batak Toba ada Sadum, Ragi Hotang, Bintang Maratur dan Pinuca. Kalau dari Simalungun ada Simarakkat-akkat, Hati Rongga, tapak catur dan yang lainnya lah. Dari Karo ada Uwis Nipes dan Beka bulu. Dari Tapsel, Taput dan Pakpak juga ada. Semua pakainnya dalam bentuk kaos, rompi, jas, kemeja dan juba," pungkas warga Jalan Melanton Siregar, Siantar Marihat ini, sembari memperlihatkan pakaian-pakain hasil desainnya, seperti jas, kemeja, rompi, juba, hingga segala jenis topi.
Penulis : franki
Editor : tagor
Tidak ada komentar