Header Ads

Media Sosial Penggerak Aktif Isu Publik

Oleh: Sugihandari dan Suwardiman

JAKARTA, KOMPAS - Penilaian publik pengguna media sosial terhadap satu tahun kinerja pemerintahan joko Widodo - Jusuf Kalla cenderung berbeda jika dibandingkan dengan masyarakat secara umum.
Karakteristik media sosial yang spontan dan terbuka membuat kelompok masyarakat yang aktif bersuara di ruang digital lebih kritis menilai pemerintah.
Secara umum, survei nasional Litbang Kompas menunjukkan polarisasi sikap publik yang cenderung berimbang dalam menyikapi kinerja pemerintah setahun terakhir.
Namun, apabila responden dibagi dalam kelompok pengguna media sosial (medsos) dan bukan pengguna medsos, tampak pola penyikapan yang berbeda.
Hasil analisis media sosial
Tingkat kepuasan responden yang aktif menggunakan medsos tampak lebih rendah jika dibandingkan dengan responden yang tak pernah mengakses medsos.
Bahkan, polarisasi penilaian dua kelompok responden ini berbanding terbalik. Demikian pula dalam menilai citra Presiden Jokowi, apresiasi positif yang disampaikan responden pengguna medsos tampak lebih rendah apabila dibandingkan dengan penilaian responden yang lain.
Sementara hasil analisis terhadap percakapan di ruang-ruang medsos yang dilakukan lembaga pemerhati media sosial Provetic bekerja sama dengan Litbang Kompas menunjukkan peningkatan sentimen negatif dari pengguna internet (netizen).
Sentimen kicauan netizen terkait pemerintahan Jokowi-Kalla setahun terakhir menunjukkan tren yang dinamis. Namun, jika hasil analisis ditarik dalam garis lurus, tampak penurunan sentimen positif.
Analisis dilakukan terhadap percakapan di Twitter sepanjang periode 1 November 2014 hingga 10 Oktober 2015. Sebanyak 4,7 juta cuitan netizen terkait Jokowi dan pemerintahannya berhasil direkam.
Pengaruh media sosial
Medsos saat ini berperan penting dalam siklus informasi publik. Pengaruh medsos dalam mengarahkan isu publik semakin kuat. Ini terbukti dari semakin masifnya media konvensional dalam memanfaatkan medsos untuk distribusi pemberitaan.
Lebih dari itu, media, seperti televisi dan radio, pun memberi ruang khusus dalam program mereka untuk mengulas isu terhangat yang diperbincangkan di medsos.
Hasil survei Litbang Kompas kali ini memperjelas gambaran tentang demografi pengguna medsos. Tak kurang dari 20 persen responden yang terjaring dalam survei ini adalah pengguna medsos.
Masyarakat perkotaan dan kelas ekonomi menengah atas menjadi ciri yang mendominasi kelompok responden ini. Sebagian besar pekerja dan mayoritas berpendidikan minimal SMA.
Hampir separuh dari kelompok responden ini mengaku pengguna aktif dan mengakses medsos setiap hari. Bagaimanapun, suara kelompok yang jumlahnya sekitar 20 persen ini memberi pengaruh cukup besar dalam agregat penyikapan publik, seperti tampak dalam survei ini.
Medsos membuka ruang lebih luas bagi partisipasi politik masyarakat. Di ruang digital ini, partisipasi bisa dalam bentuk individu atau komunal.
Model jejaring di medsos juga memungkinkan pola pengarahan isu untuk menggiring opini publik. Hal ini antara lain terlihat dari perbedaan dominasi isu antara percakapan yang digerakkan oleh publik dan isu yang digerakkan akun media massa.
Hasil penelitian Merlyna Lim (2005) tentang internet dan aktivitas politik di Indonesia menyebut, meski terakses secara eksklusif, internet dapat membantu dengan menjadi ruang bebas pertukaran informasi dan wacana politik.
Keterhubungan dengan jaringan-jaringan komunikasi lain mendukung transfer informasi dari elite ke jalanan, baik media massa tradisional maupun kelompok masyarakat lainnya.
Lim menekankan bahwa siklus informasi di ruang maya akan menjadi efektif jika melibatkan media konvensional, demikian pula sebaliknya.
Peran dominan
Ciri paling khas dari medsos adalah kebebasan tiap individu memilih pintu informasi. Informasi pun berputar cepat dan masif.Netizen terus dijejali beragam isu, mendorong mereka untuk peka atas kondisi terbaru, termasuk langkah dan kebijakan pemerintah.
Di medsos, publik bisa secara spontan menyahut dan berbagi informasi. Respons spontan netizen pun bisa langsung direkam dan ditangkap pemegang kebijakan.
Tingginya antusiasme mengawasi jalannya pemerintahan menjadi modal penting. Betapa tidak, setiap menit tak kurang sembilan cuitan menyinggung pemerintahan. Namun, perlu dicermati siapa yang menjadi rujukan atau penggerak percakapan.
Berbagai isu hangat di medsos kerap digerakkan akun nonindividual (anonim) serta selebritas medsos. Akun nonindividual adalah akun yang tidak menyertakan identitas individu secara jelas dan cenderung aktif menyuarakan kepentingan kelompok tertentu.
Sementara selebritas medsos adalah akun dengan identitas jelas dan memiliki pengaruh besar karena diikuti banyak netizen. Tak jarang perang opini di medsos, jika ditelusuri, berpusar pada dominasi sejumlah akun tertentu. Tujuannya jelas, memengaruhi dan mengarahkan opini publik.
Dominasi isu yang digerakkan oleh media massa lebih banyak bersifat politis dan elitis. Sementara rangkaian isu yang digerakkan publik (organik) lebih terkonsentrasi pada hal-hal yang lekat dengan kepentingan mereka serta gerakan moral atau sosial.
Secara umum, jumlah perputaran isu organik lebih tinggi dibandingkan dengan isu yang digerakkan akun media.
Meski demikian, media massa masih menjadi motor penggerak isu yang paling efektif. Berbagai isu yang didorong media disambutnetizen sehingga menjadi perbincangan organik.
Selama setahun terakhir, isu terbanyak dicuitkan netizen terkait pemerintahan Jokowi-Kalla adalah kenaikan harga bahan bakar minyak. Sementara akun media massa secara akumulatif paling banyak mencuitkan kasus Budi Gunawan, disusul pelantikan Kepala Polri.
Selain itu, dari 20 isu yang paling banyak diperbincangkan, bencana asap dan kenaikan harga beras paling diperhatikan.
Meski jumlahnya tak setinggi isu yang digerakkan media, intensitas perbincangan isu organik cenderung bertahan lama. Sebagai contoh, bencana asap bertahan menjadi perhatian utama tiga bulan terakhir.
Populasi pengguna internet di Indonesia terus meningkat. Hampir seluruhnya mengakses medsos. Menurut konsultan media We Are Social, jumlah pengguna medsos di negeri ini per Januari 2015 mencapai 72 juta orang.
Aktivitas publik medsos bisa disebut sebagai salah satu bentuk partisipasi politik langsung yang efektif. Lebih dari itu, netizen berpotensi menjadi barometer baru pengarah isu.
Partisipasi politik langsung yang kian menguat lewat medsos potensial menjadi alat baru yang efektif mengontrol pemerintah.
Mengutip Merlyna Lim, ketika rakyat dapat membicarakan politik, seperti mereka memperbincangkan urusan sehari-hari, pintu menuju aktivisme politik terbuka lebar.


Editor     : tagor
Sumber  : kompas

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.